JAKARTA- Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memandang mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani memiliki pemikiran yang sempit atas pernyataannya bahwa partai politik berbasis agama tidak diminati oleh mayoritas rakyat.
“Itu pemikiran yang sangat sempit. Dan menurut saya tidak sepenuhnya benar, karena fakta sejarah menunjukkan meski tidak dalam satu partai, namun partai politik yang berbasis Islam selalu mendapat suara yang besar,” tandas Sekjen PKB, Imam Nahrowi ketika dihubungi INILAH.COM, Senin (18/7/2011) malam.
Dalam wawancara khusus dengan wartawan Charlie Rose yang disiarkan Bloomberg TV, pada 5 Juli 2011, yang transkrip wawancaranya dimuat di Srimulyani.Net, Sri Mulyani mengatakan bahwa mayoritas umat Islam di Indonesia lebih memilih partai beraliran nasionalis.
Meski juga belum pernah menjadi partai penguasa, lanjut Imam, hal itu tidak bisa dikatakan bahwa parpol berbasis agama tidak diminati oleh mayoritas masyarakat di Indonesia. Salah satu faktanya menurut Imam, yaitu terpilihanya Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai Presiden RI ke-4 menggantikan mantan Presiden RI BJ Habibie saat itu.
“Ini sejarah yang tidak bisa diabaikan, buktinya Gus Dur bisa menjadi presiden. Tidak bisa ukurannya (harus) menjadi partai penguasa, pemenang pemilu dan eksekutif, buktinya Gus Dur menjadi presiden,” tandas Imam.
Adapun alasan mengapa Sri yang kini menjabat sebagai DirekturPelaksana Bank Duniaitu menyampaikan pernyataan tersebut, Imam menduga, dia bertujuan untuk mendorong agar semakin banyak calon presiden yang berasal dari independen untuk berani maju dalam bursa pencalonan.
Namun menurut Imam, bagaimanapun, cara yang paling efektif adalah tetap diusung melalui jalur partai politik. “Memang banyak jalan tapi yang paling efektif untuk sesorang maju menjadi calon presiden yaitu melalui (diusung) parpol,” pungkas Imam. [inilah.com]