Senin, 25 Juli 2011

PKB Siap Songsong Kesadaran Politik Rakyat

JAKARTA - Pengalaman dua kali pemilu pasca reformasi dinilai Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) cukup sebagai fase pembelajaran demokrasi. Fase yang penuh dengan praktik politik transaksional pada Pemilu 2004 dan 2009 diyakini bakal berubah pada 2014. Pragmatisme politik yang dominan diyakini akan segera bergeser, berganti dengan partisipasi politik publik yang lebih sehat.

“Partisipasi pemilih pada Pemilu 2014 akan berubah dari partisipasi pancingan, mobilisasi, menuju partisipasi yang sesungguhnya. Partisipasi yang berangkat dari kesadaran politik baru,” kata Ketua Umum PKB A Muhaimin Iskandar saat pidato politik dalam rangkaian Tasyakuran Harlah ke-13 PKB di Jakarta.

Dengan perubahan perilaku politik pemilih yang mengarah pada kematangan ini, Cak Imin-sapaan Muhaimin Iskandar, menjelaskan, pemilu 2014 mendatang akan menjadi pemilu yang paling tidak mudah diprediksi. Akan banyak kejutan baru terkait perolehan suara parpol. Karena rakyat akan berpikir ulang tentang cara memilih dan menentukan pilihan.

Ini menurutnya disebabkan dua faktor. Pertama, dua kali pemilu pada 2004 dan 2009 didominasi partisipasi politik rendah. Sebagai sebuah proses pendewasaan pasca reformasi, ini wajar. Karenanya pengalaman pemilu kali ketiga nanti dipastikan bakal lebih dinamis. “Seperti hasil berbagai survei (tentang elektabilitas parpol) misalnya, hari ini dinamika politiknya makin seru, fluktuasinya makin dahsyat,” tutur Menakertrans ini.

Lalu faktor berikutnya, jelas Cak Imin, era reformasi belakangan juga beriringan kuat dengan berkembang pesatnya teknologi informasi. Dia meyakini peran teknologi ke depan akan sangat berpengaruh pada peningkatan partisipasi politik aktif masyarakat. “Karena itu saatnya kita songsong kesadaran politik rakyat dan partisipasi politik rakyat yang beradab,” tegasnya di hadapan ratusan fungsionaris dan simpatisan.

Sebagai salah satu bekal penting menghadapi era kesadaran politik ini, Cak Imin meminta seluruh kader partainya untuk lebih cerdas dalam menggunakan insting politiknya. Di tengah keterbatasan pendanaan, menurutnya tidak ada pilihan lain cara memenangkan simpati rakyat kecuali dengan kecermatan dan insting politik yang dalam.

Sementara Ketua Umum PB NU KH said Ail Siradj yang turut memberikan sambutan dalam Tasyakuran Harlah kemarin malam mengingatkan, kalau memang PKB bertekad ingin menjadi partai pejuang Ahlussunnah waljamaah, maka syaratnya partai yang memang dalam sejarahnya didirikan oleh para tokoh petinggi NU ini, harus sering turun ke bawah menyapa dan merawat konstituennya yang mayoritas warga NU.

“Untuk menjadi bagian dari wal jamaah, PKB harus sering turun ke bawah, mengunjungi pondok-pondok pesantren. Tidak harus selalu membantu banyak, menyapa saja insyaallah itu sudah cukup,” tuturnya.(www.jpnn.com)

Berita Terkait