Rabu, 13 Juli 2011

A. Malik Haramain Bintang Panja Mafia Pemilu

JAKARTA-Panitia Kerja Mafia Pemilu hampir satu bulan bekerja. Magnitud politiknya meski tak setinggi Pansus Century, namun tetap menarik disimak oleh publik. Setiap momentum ada bintangnya. Panja Mafia Pemilu juga memunculkan bintang. 

Abdul Malik Haramain, politikus muda Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bisa disebut salah satu bintang Panja Mafia Pemilu. Nyaris Malik tak pernah absen dalam setiap rapat panja. Lebih dari itu, dia juga tak pernah absen bertanya ke para pihak yang diundang. Tak jarang, pertanyaannya mengunci pihak yang diundang Panja..

Tampilan Malik di Panja Mafia Pemilu seperti menegasikan asumsi selama ini, jika PKB menjadi insubordinat partai koalisi. Dalam praktiknya, peran Malik dalam Panja Mafia Pemilu justru menampilkan sosok yang kritis. Tak terkecuali kepada Andi Nurpati, mantan komisioner KPU yang kini menjadi salah satu Ketua DPP Partai Demokrat. "PKB memberikan kebebasan kepada anggotanya. Apa yang saya lakukan di Panja didukung penuh oleh fraksi," katanya di gedung DPR, Jakarta, Senin (11/7/2011) sebagaimana dikutip inilah.com.

Dia menuturkan, antusiasme dirinya di Panja Mafia Pemilu dilandasi agar penyelenggaraan pemilu tidak sekadar langsung, umum, bebas dan rahasia (luber) semata. Namun, menurut Malik, pemilu harus memegang prinsip jujur dan adil. "Ke depan kita ingin penyelenggara pemilu memiliki integritas dan independensi," harap pria kelahiran 3 Mei 1972 ini.

Jika menilik latar belakang Malik, merupakan berasal dari kalangan santri tulen. Dia menghabiskan pendidikan dasar hingga jenjang SLTP di Pondok Pesantren yang dipimpin oleh ayah kandungnya di Probolinggo, Jawa Timur. Meski dari santri tulen, namun tak menyurutkan Malik dalam dunia aktivisme. Setidaknya, selama dirinya masuk di jenjang perguruan tinggi di Universitas Merdeka (Unmer) Malang, dunia aktivis kampus ia geluti.

Selama kuliah, dia aktif di Senat Mahasiswa Unmer Malang . Dia juga pernah menjadi Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Malang. Ayah tiga anak ini memiliki perhatian terhadap urusan pemilu sejatinya bukan hanya saat dirinya menjadi anggota Komisi II DPR. Saat Pemilu pertama di era reformasi, Malik menjadi aktivis Jaringan Masyarakat Pemantau Pemilu Indonesia (Jamppi), lembaga swadaya yang khusus memantau pelaksanaan pemilu1999.

Pada 2003-2005, Malik juga didapuk sebagai penanggungjawab Jamppi. Karena di saat bersamaan, dia juga menjabat sebagai Ketua Umum PB PMII. Tampilan Malik yang cenderung siap saat menghadapi para pihak yang diundang Panja Mafia Pemilu, menurut dia, memang selalu ia persiapkan setiap Panja Mafia Pemilu digelar.

"Hasil investigasi MK cukup membantu kami dalam bekerja. Itu bahan dasar untuk bekerja," akunya. Kendati demikian, Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) ini mengaku bukan berarti dalam kerja Panja Mafia Pemilu tidak ada kendala. Dia mengakui, faktor ketidakjujuran pihak yang diundang Panja Mafia Pemilu menjadi hambatannya. "Terutama yang kita anggap memiliki peran penting dalam pemalsuan surat MK, seperti hakim Arsyad Sanusi, Andi Nurpati, Neshawati, dan Dewi Yasin Limpo. Mereka menolak konfirmasi yang kita lakukan," keluh Malik.

Meski demikian, Malik menegaskan memang belum tentu pihak-pihak yang diundang oleh Panja Mafia Pemilu berbohong saat ditanya Panja. Namun, Malik meyakini tidak mungkin mereka tidak mengetahui soal skandal pemalsuan surat MK. "Kita yakin mereka tahu skenario itu. Kita sejak awal kasus ini bukan by accident tapi ada skenario," tegas Malik.

Meski demikian, Malik mengakui kehkawatiran jika pada akhirnya Panja Mafia Pemilu bakal berakhir antiklimaks yang tidak menghasilkan apa-apa. Oleh karenanya, Malik menegaskan Panja Mafia Pemilu selain mengungkap skandal pemalsuan surat MK, juga akan fokus dalam pelaksanaan pemilu legislatif.

Selain di DPR, Malik juga aktif di organisasi sayap milik PKB, Garda Bngsa. Sejak 2011 ini dirinya didapuk sebagai Sekretaris Jenderal Garda Bangsa. Sebelumnya, dia juga aktif di Gerakan Pemuda Ansor sebagai Sekjen PP GP Ansor. Jauh sebelum menjadi politisi, Malik juga tergolong penulis produktif. Beberapa karya ilmiahnya telah ia terbitkan menjadi buku seperti 'Mengawal Transisi, Catatan dan Evaluasi Pemilu 1999', 'Gus Dur, Militer, dan Politik', 'PMII di Simpang Jalan' dan lain-lainnya.

Capain Malik saat ini tidak terlepas dari motto hidupnya "Serius dan concern dengan apa yang kita lakukan," cetus Malik.(sumber : inilah.com)

Berita Terkait